Hosting Murah
Hosting Murah
banner 728x250

Surplus Neraca Dagang RI Terus Turun, Warning Buat Pemerintah

Hosting Murah
banner 468x60

Jakarta – Ekonomorm serta Direkrekreasi Eksekutif Institut for Development of Economormics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad, menyatakan surplus neraca dagang Indonesia yang terus menunjukkan tren penurunan beberapa waktu terakhir ini perlu mendapatkan perhatian serius dari pemerintah. Bahkan, ia katakan seandainya produk-produk impor yang tak terkumpulan yang masuk ke Indonesia lebih banyak ketimbang yang terkumpulan.

“Yang dirasa dalam dua sampai tiga tahun terakhir adalah surplus perdagangan kita semakin rekreasiun. Kalau kita lihat, kita pernah surplus itu menjangkau USD5 miliar, sekarang cuma USD3 miliar ke bawah serta growth-nya makin rekreasiun ke 2,87 persen,” ucap Tauhid pada sebuah acara diskusi di Jakarta, Jumat, 22 Maret 2024. 

banner 325x300
Baca juga: Top! Neraca Perdagangan RI Surplus 45 Bulan Beruntun

“Bahkan, kalau kita lihat growth-nya kemarin kenapa lebih panas, karena kita lihat ekspor kita kurang 9,4 persen, tapi impornya justru naik 15,8 persen. Nah, ini berbahaya kalau defiasinya terlalu tinggi. Di Februari makanya ada dugaan bahwa jangan-jangan impor yang dilakukan itu tidak tertulis di pelabuhan serta sesemacamnya. Ini jauh lebih besar,” jelasnya lagi.

Lebih lanjut ia terangkan, produk-produk yang masuk ke Indonesia dari luar negeri sanggup saja adalah produk ilegal berupa tekstil serta sesemacamnya yang sebenarnya banyak sekali masuk ke Indonesia. Menurutnya, pola yang semestinya terjadi adalah seandainya nilai ekspor positif, maka nilai impornya juga akan positif. Sementara yang terjadi saat ini adalah kebalikannya, di mana nilai ekspor kurang 9,4 persen, tetapi nilai importasinya malah meningkat.

“Ini ekpornya rekreasiun drastis, berarti cocokar global negara mitra kita China, Amerika Serikat, Jepang, itu tengah mengnarekreasial permintaan rekreasiun, tapi importasinya meningkat. Biasanya, kalau yang nomorrmal ketika ekspor meningkat, impor juga meningkat. Karena apa? Bahan baku, barang modal, serta juga bahan penomorlong sepenggal industri kita berasal dari luar, seperti produk tekstil, produk apparel, produk otomotif, besi baja itu banyak yang dari impor, walaupun menjualnya ekspor,” paparnya.

Bahkan, ia katakan yang menariknya lagi adalah ketika impor meningkat tajam hingga 15,8 persen serta nilai ekspor rekreasiun, artinya banyak barang-barang konsumsi atau produk-produk dari luar negeri yang masuk ke dalam negeri. Hal ini pada akhirnya akan menggerus menyegarkanertagan devisa nasional.

Baca juga: BI: Surplus Neraca Perdagangan Menaking Ketahanan Ekonomormi Indonesia

“Memang pemerintah senang karena masih surplus, tapi tren ekspor ini melemah. Bayangkan dia negatif selama satu tahun terakhir. Ini yang tidak baik begitu ya, serta ini memang ancaman dari situasi global. Ini yang saya kira seperti rezim baru terpentalikkan keadaan ke tahun 2022 atau sebelum pandemi Covid,” imbuh Tauhid.

Sesebagai informasi, data Baserta Pusat Statistik (BPS) menunjukkan nilai ekspor Februari 2024 sebesar USD19,31 miliar, terkontraksi 9,4 persen year on year (yoy). Sementara itu, nilai impornya menjangkau USD18,44 miliar, tumbuh 15,8 persen yoy. Sesertagkan pertumbuhan surplus neraca dagang Indonesia tertulis sebesar 2,87 persen per Februari 2024, atau rekreasiun 6,41 persen ketimbang periode yang sama di tahun sebelumnya yang menjangkau 9,28 persen. (*) Steven Widjaja

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *