Strategi Garuda Indonesia Menghadapi Tantangan Ekonomi di Tahun 2024

Jakarta – Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, Irfan Setiaputra membeberkan beberapa strategi yang diterapkan untuk menghadapi tekanan ekonomi global pada 2024.

Ia mengatakan bahwa banyak hal yang bisa diterapkan untuk menyiasati masalah ekonomi di tahun ini. Menurutnya, mindset atau pola pikir yang benar sangat menentukan pengambilan solusi dalam menghadapi setiap rintangan yang ada.

“Saya cuma bilang sama teman-teman, tidak ada karena harga aftur dan kurs kita bilang tahun ini kita rugi, tidak ada cerita. You already think and committed to fail, kan. Jadi, tak boleh di meeting bicara karena harga aftur naik kita jadi ada kesulitan. Itu adalah fakta yang harus kita jalani, jangan ada fakta itu lalu kita mengeluh. Ini soal mindset,” ucapnya saat ditemui Infobanknews baru-baru ini.

Oleh karenanya, tingkat pendapatan dan biaya operasional perlu dijaga agar tidak membebani kinerja keuangan maskapai di tengah sejumlah permasalahan ekonomi di tahun ini. Irfan menjelaskan ada sederet siasat praktis yang dapat diterapkan untuk menghadapi rintangan ekonomi yang ada. Pertama, ia mengatakan, siasat rute pendaratan bisa dilakukan demi menekan biaya operasional.

Baca juga: Bos Garuda Indonesia: Jangan Jadikan Kondisi Global Alasan Tak Bertumbuh

“Kita sedang koordinasi dengan teman-teman di Angkasa Pura dan Airnav Indonesia, ya kalau mendarat jangan jauh-jauh lah, ya di Halim atau Cengkareng. Dekat-dekat saja gitu, jadi kalau mendarat langsung di Depok, Thamrin, gitu kan. Demikian juga kalau take off, jangan mengantri kepanjangan. Mengantri kepanjangan itu menghabiskan aftur,” jelasnya.

Lalu, ia menyampaikan, sebagian besar alternate airport atau bandara pengganti di Indonesia saat ini adalah di Kertajati. Ia ceritakan, dulu sebelum ada bandara yang beroperasi 24 jam seperti di Kertajati dan beberapa bandara lainnya, hanya di Bali yang 24 jam, ketika ada penerbangan 24 jam dari luar negeri ke Jakarta, pihaknya harus menambah bahan bakar aftur 12 ton, mengingat jika tak bisa mendarat di Jakarta, maka harus dialihkan ke Bali atau Singapura.

Dengan adanya bandara di Kertajati, pihaknya dapat menurunkan bahan bakar aftur hingga 5 ton. Jika pesawat tidak bisa mendarat di Jakarta, maka dapat dialihkan ke Kertajati. Hal seperti ini ia katakan bisa menekan biaya operasional. Selanjutnya, pihaknya juga memeriksa sejumlah rute yang tidak menguntungkan, di mana jadwal penerbangan ke rute-rute tersebut akan dikurangi.

“Terakhir, budget-budget untuk beberapa rencana inisiatif kita ya ditahan dulu. Jangan kondisi lagi turun, terus spendingnya terlalu besar karena telah di-budget. Misalnya perjalanan dinas ya tadinya untuk lima, ya untuk dua aja. Jadi, tahun lalu kinerja Garuda Indonesia sudah bagus, kuartal satu tahun ini sudah bagus, semoga akhir tahun ini semuanya bisa lebih bagus lagi,” imbuh Irfan.

Ia menambahkan akan ada aksi korporasi yang coba dilakukan di tahun ini, yang mana semuanya bakal berhubungan dengan peningkatan kualitas layanan maskapai dan kinerja keuangan Garuda Indonesia.

Sebagai informasi, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (BEI: GIAA) konsisten mencatat kinerja positif yang tercermin dalam pertumbuhan pendapatan usaha konsolidasi di tahun kinerja 2023, yang tumbuh sekitar 40 persen atau sebesar USD2,94 miliar dibandingkan dengan pendapatan usaha di tahun sebelumnya yaitu USD2,1 miliar. Hal ini merupakan salah satu indikator langkah penyehatan kinerja usaha yang terus berjalan on the track.

Pendapatan usaha tersebut didorong dari pendapatan penerbangan berjadwal yang naik 41 persen y-o-y menjadi USD2,37 miliar dari sebelumnya USD1,68 miliar sejalan dengan pergerakan masyarakat yang menggunakan transportasi udara di fase pascapandemi terus bergerak mendekati situasi sebelum pandemi. Lebih lanjut pada penerbangan berjadwal penumpang sendiri, tumbuh 52 persen dari tahun sebelumnya menjadi USD2,21 miliar.

Baca juga: Garuda Indonesia dan UOB Kolaborasi Luncurkan Kartu Kredit Khusus Pelancong, Simak Benefitnya!

Selaras dengan penerbangan berjadwal, pendapatan penerbangan tidak berjadwal juga mencatat pertumbuhan hingga 65 persen atau sebesar USD288,03 juta dari tahun sebelumnya yaitu USD174,81 juta, di mana pendapatan penerbangan haji di tahun 2023 menyumbang kenaikan signifikan hingga 145 persen menjadi USD235,17 juta dibandingkan tahun sebelumnya yaitu USD92,48 juta. Kemudian, pendapatan lain-lain turut naik 15 persen dari kinerja 2022 menjadi USD270,58 juta.

Setelah melewati fase yang penuh tantangan di era pandemi beberapa tahun lalu dengan melaksanakan berbagai langkah perbaikan, Garuda Indonesia berhasil membukukan laba tahun berjalan sebesar USD251.996.580 yang semakin memperkuat fundamen positif kinerja usaha Garuda Indonesia pasca merampungkan restrukturisasi di akhir tahun 2022 lalu.

“Sepanjang tahun 2023, Garuda Indonesia Group berhasil mencatatkan kinerja operasional melalui pertumbuhan jumlah angkutan penumpang hingga 34 persen, yakni mencapai 19.970.024 penumpang dibandingkan pada periode sebelumnya 14.848.195 penumpang. Dalam capaian tersebut, Garuda Indonesia berhasil mengangkut penumpang sebanyak 8.291.094 dan Citilink sebanyak 11.678.930 penumpang,” jelas Irfan. (*) Steven Widjaja

Exit mobile version