Alasan Tetap Dibangun: Jokowi Mengakui MRT dan LRT Proyek Mengalami Kerugian

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan bahwa pembangunan LRT (Lintas Raya Terpadu) tidak menguntungkan secara hitung-hitungan. Namun, pemerintah tetap memutuskan untuk membangunnya. Menurut Jokowi, keputusan ini bukanlah keputusan ekonomi, melainkan keputusan politik, seperti halnya keputusan untuk membangun MRT (Moda Raya Terpadu).

“Keputusan semacam itu adalah keputusan politik dan bukan keputusan ekonomi di perusahaan. Meskipun menghitung untung ruginya boleh, tetapi jika selalu mengalami kerugian, apakah kita tidak akan membangun MRT? Hal yang sama juga berlaku untuk LRT. Yang penting adalah bagaimana menutupi kerugian tersebut,” kata Jokowi dalam BNI Investor Daily Summit 2023, pada Selasa 24 Oktober 2023.

Jokowi menjelaskan bahwa pemerintah memutuskan untuk menutupi kerugian tersebut dengan menggunakan electronic road pricing (ERP), yaitu sistem pengendalian lalu lintas berbasis elektronik dengan skema pembayaran bagi setiap pengendara yang melewati jalan tertentu.

“Akhirnya, kami menemukan solusinya dengan menggunakan electronic road pricing. Saya memutuskan ini sebagai keputusan politik. APBN atau APBD masih harus menyuntikkan dana sebesar Rp800 miliar karena ini adalah pelayanan, bukan perusahaan yang mencari keuntungan,” jelasnya.

Sebelumnya, Faisal Basri, Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), mengungkapkan bahwa Kereta Cepat Jakarta – Bandung (KCJB) baru akan balik modal dalam waktu paling lama lebih dari 100 tahun. Faisal juga menjelaskan bahwa simulasi dengan hitungan yang sangat optimis, tanpa memperhitungkan ongkos operasional dan bunga pinjaman, diperlukan waktu 48,3 tahun untuk mengembalikan modal senilai Rp114,4 triliun.